Kamis, 15 November 2012

SOFTSKILL 2



BAB 1
TEORI KEPEMIMPINAN

Pengertian Kepemimpinan Demokratis

Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya sebagai indikator, hubungan dengan bawahannya bukan sebagai majikan terhadap pembantunya, melainkan sebagai saudara tua diantara temen-teman sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi bawahannya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, serta mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.

Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dari perilaku yang ingin memajukan dan mengembangkan organisasi. Di samping itu, diwujudkan juga melalui perilaku pimpinan sebagai pelaksana.

Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin yang demokratis mau menerima bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang dapat membangun dari para bawahan yang diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.

Selain itu, pemimpin yang demokratis mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada bawahannya, mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan, senantiasa berusaha membangun semangat bawahannya dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Di samping itu, juga memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawabnya.

Pemimpin yang demokratis menurut Purwanto memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia.
2) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan.
3) Senang menerima saran, pendapat, dan kritikan dari bawahan.
4) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.
5) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya.
6) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari dirinya.
7) Selalu mengembangkan kapasitas dari pribadinya sebagai pemimpin.

1.   Teori Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus - respons.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor‑faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin(Homo Mechanicus).

Teori Motivasi

1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
TEORI KONFLIK
Teori Konflik Polybius
Polybius dilahirkan pada tahun 167 SM. Ia merupakan keturunan negarawan dan salah seorang Achean terkemuka yang dibebaskan pemerintah Roma. Polybius berpandangan apa yang dikemukakan Plato bahwa akan ada Malapetaka besar yang dasyat yang akan merusak komunitas manusia, sehingga pada akhirnya manusia menjadi seorang diri. Ibarat binatang, kesendirian tersebut memaksa manusia membentuk kelompok. Ketidakmampuannya ini menyebabkan manusia membentuk komunitas dengan pribadi-pribadi yang kuat dan berani sebagai pemimpin. Keampuhan teori Negara yang dikemukakan oleh Polybius terletak pada esensi tentang adanya hubungan-hubungan dalam kekuasaan.Polybius memiliki beberapa konsepsi penting diantara para ahli teori konflik, seperti penyebarluasan wilayah membawa sebuah konflik sebagai sebuah gugatan terhadap penyerapan untuk memperkecil Negara, dengan demikian sentralisasi kekuasaan membawa sebuah berkah perdamaian.
TEORI  PERKEMBANGAN KARIR
Teori Super
Menurut Super rentang kehidupan dan ruang kehidupan ssebagai rancangan untuk perkembangan karir yang digambarkan berupa pelangi karir kehidupan. Tahap-tahap perkembangan karir Super adalah :
· Tahap pertumbuhan ( 0- 14 thn)
· Tahap eksplorasi ( 15 –24 thn)
· Tahap pembentukan ( 25 – 44 thn)
· Tahap pemeliharaan ( 45- 60 thn)
· Tahap kemunduran (61 keatas)
Unsur yang mendasar pada teori Super adalah konsep atau gambaran dirisehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang, yang merupakan sebagian dari keseuruhan gambaran tentang diri sendiri yang memungkinkan untuk mencapai suksesdan merasa puas. Konsep diri merupakan perpaduan antara kemampuan dasar yang dimiliki dan interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga terbentuk pola karir.
Kekuatan teori ini terletak pada kemampuan individu untuk mewujudkan kosep diri dalam suatu bidang jabatan yang paling diinginkan untuk mengekspresikan diri sendiri dan juga berkaitan dengan piliihan terhadap peran yang dimiliki. Tersdianya kesempatan untuk mengambil keputusan sepanjang hidup.
Kelemahannya adalah seseorang yang tidak mempunyai konsep diri yang positif akan sulit untuk mewujudkan dirinya pada suatu bidang pekerjaan., dan bila perkembangan melalui tahap kehidupan tidak mendapat bimbingan dan arahan akan mendapat kesulitan bagi individu mengembangkan konsep diri dan potensi yang dimiliki.

BAB 2
KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS
          Pemimpin demokratis tulen itu merupakan pembimbing yang baik bagi kelompoknya. Dia menyadari bahwa tugasnya ialah mengkoordinasikan pekerjaan dan tugas dari semua anggotanya dengan menekankan rasa tanggung jawab dan kerjasama yang baik kepada setiap anggota. Dia tahu, bahwa organisasi atau lembaga bukanlah masalah ”pribadi atau individual”, akan tetapi kekuatan organisasi terletak pada partisipasi aktif setiap anggota. Dia mau mendengarkan nasehat dan sugesti semua pihak dan mampu memanfaatkan keunggulan setiap orang seefektif mungkin pada saat-saat yang tepat.
            Dia sadar, bahwa dia tidak mampu bekerja seorang diri. Karena itu dia perlu mendapatkan bantuan dari semua pihak. Dia memerlukan dukungan dan partisipasi dari bawahannya, perlu mendapaykan penghargaan dan dorongan dari atasan, dan butuh mendapatkan support/dukungan moril dari teman sejawat yang sederajat kedudukannya dengan dirinya.
          Dengan demikian, organisasi yang dipimpinnya akan terus berjalan lancar sekalipundia tidak ada ditempat. Sebab otoritas sepenuhnya didelegasikan kebawah, sehingga semua orang merasa pasti dan aman, juga merasa senang menunaikan tugas-tugasnya.
         
KOMUNIKASI
Komunikasi dalam organisasi ataupun di dalam perusahaan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan intern didalam organisasi. Semua masalah yang timbul dalam suatu organisasi akan segera dapat diatasi apabila komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan dengan baik. Komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arus informasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan. Pimpinan organisasi membutuhkan informasi yang cepat dan tepat . Oleh karena itu komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi.

MOTIVASI
Seringkali dalam bekerja karyawan atau para pekerja selalu berpikir apa yang nanti bisa kita dapatkan apabila kita menempati posisi atau jabatan tertentu. Dalam motivasi setiap pekerja atau orang upahan pasti yang terpikir pertama adalah berapa upah ataupun penghasilan yang kita dapatkan. Apabila penghasilan yang didapatkan itu besar maka ada motivasi untuk bekerja lebih giat lagi dengan harapan akan mendapatkan yang lebih dari penghasilan sebelumnya, tapi apakah hanya penghasilan itu yang menjadi motivasi orang dalam bekerja ?
Banyak orang berargumentasi akan hal tersebut. Ada yang mengungkapkan bahwa bekerja bukan semata-mata demi uang namun juga kepuasan batin dalam bekerja, ada juga yang mengungkapkan bekerja apabila tidak didukung dengan lingkungan kerja yang menyenangkan maka kerja pun jadi ogah-ogahan. Semuanya itu benar !!! Kondisi psikologis juga termasuk didalam faktor penentu dalam memacu motivasi seseorang untuk bekerja lebih baik.
KONFLIK
Konflik yang terjadi di tempat kerja sangatlah merugikan. Karena konflik ini berdampak banyak terhadap diri kita, rekan kerja kita, dan bagi organisasi. Hubungan kita dengan rekan kerja menjadi renggang, gampang curiga, dan muncul ketidakpercayaan. Jika ini terjadi maka komunikasi dengan rekan kerja akan menjadi sulit dan banyak hambatan dan bisa diduga kerja menjadi tidak maksimal. Konflik juga membuat terjadinya ketidakseimbangan hidup kita, yaitu ketidakseimbangan individu dan sosial serta batin dan hati. Orang yang terlibat konflik akan menjadi pribadi yang egois, mementingkan diri sendiri, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, penuh tekanan, dan tidak bersemangat dalam bekerja. Dampak berantai ini jelas sangat merugikan organisasi tempat kita bekerja, karena kinerja organisasi secara keseluruhan akan menurun. Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di tempat kerja, antara lain: perbedaan karakter, persaingan kerja, perbedaan kepentingan kelompok, kepemimpinan dalam organisasi dan sebagainya. Mengidentifikasi akar masalah konflik akan membantu kita mengelola konflik di tempat kerja kita, sekaligus membantu kita menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang, dan profesional di tempat kerja. Namun semua konflik selalu berkaitan dengan ego. Entah ego pribadi atau ego kelompok. Konflik muncul di tempat kerja ketika terjadi perbenturan ego. Perbedaan karakter menjadi jalan yang lebar bagi eskalasi sebuah konflik, karena hambatan dalam proses berkomunikasi. Berdamai dengan ego diri sendiri, adalah langkah awal untuk mengelola konflik.
PENGEMBANGAN KARIER  
Pengembangan karier pada dasarnya berorientasi pada perkembangan perusahaan/ organisasi dalam menjawab tantangan bisnis di masa mendatang. Setiap organisasi harus menerima kenyataan, bahwa ekstensinya di masa depan tergantung pada SDM yang kompetitif sebuah organisasi akan mengalami kemunduran dan akhirnya dapat tersisih karena ketidakmampuan menghadapi pesaing. Kondisi seperti itu mengharuskan organisasi untuk melakukan pembinaan karier pada pekerja, yang harus dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan. Dengan kata lain, pembinaan karier adalah salah satu kegiatan menejemen SDM., harus dilaksanakan sebagai kegiatan formal yang dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan SDM lainnya.
Dari uraian diatas berarti pembinaan karier tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kegiatan perencanaan SDM, rekrutmen, dan seleksi dalam rangka pengaturan staf (staffing). Dari kegiatan-kegiatan manajemen SDM tersebut, harus diperoleh sejumlah tenaga kerja yang potensial dengan kualitas terbaik. Tenaga kerja seperti itulah yang harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kariernya, agar dengan kemampuannya yang terus meningkatkan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis, tidak saja mampu mempertahankan eksistensi organisasi, tetapi juga mampu mengembangkan dan memajukan.

BAB 3
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari beberapa opini yang sudah saya jabarkan diatas dimana suatu kinerja suatu karyawan harus memenuhi suatu syarat-syarat tertentu untuk menghasilkan sesuatu yang baik terhadap karirnya dengan begitu kinerja yang dihasilkan karyawan akan menjadi baik dan efisien dalam prosesnya oleh karena itu diharapkan kinerja karyawan yang terjadi di indonesia saat ini bisa jadi lebih baik dari yang sebelumnya. Selain itu tidak semata-mata melakukan pekerjaan itu dikarenakan penghasilan yang didapat, namun juga banyak factor lain yang memang perlu diperhatikan dalam menjaga motivasi, komunikasi, dan inisiatif karyawan agar mereka mampu bekerja dan mengasilkan hasil yang optimal bagi perusahaan atau para pemberi kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar